Hari ini Bidang Kesejahteraan Sosial Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI mengundang peneliti senior LIPI, Anas Saidi, untuk berbagi dalam workshop bertema "Penelitian Sebagai Dasar Karya Tulis Ilmiah".

Penelitian di Indonesia masih diremehkan dan tidak dianggap sebagai investasi yang berharga. Rendahnya apresiasi terhadap penelitian diperlihatkan dari anggaran riset yang kecil. Menurut Menristek Dikti Prof Muhammad Nasir, Alokasi belanja Litbang (penelitian dan pengembangan) di Indonesia pada tahun 2015 hanya berkisar 0,2 persen (sekitar Rp 17 triliun) per PDB.1 Yang lebih menyedihkan, anggaran kecil ini pun terus dipangkas. Di LIPI misalnya, dana riset yang pada 2016 Rp 356,2 miliar, pada 2017 turun jadi Rp 343,8 miliar.2 Hal ini jelas bertolak belakang dengan janji Presiden Joko Widodo yang akan meningkatkan dana riset. 3
Memandang kondisi di atas, tampaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan diremehkannya penelitian di Indonesia, yaitu antara lain:
- budaya instan. Pengambil keputusan tidak ingin repot-repot berpikir keras. Mereka ingin solusi instan, yang cepat, dan segera diterapkan. Meskipun solusi itu hanya sementara dan sekedar menutup mulut rakyat.
- riset memakan biaya. Itu benar, tapi bukan berarti membuang uang. Sebaliknya, bukankah memilih solusi yang salah dan terpaksa mencari solusi instan lain lebih boros?
- Arogansi. Merasa paling pintar, paling hebat, sehingga pikirannya tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu untuk menguji kebenaran.
- keterbatasan sarana dan prasarana.
- tidak ada kebebasan. Tidak ada yang namanya kebebasan absolut, itu jelas. Namun, paling tidak peneliti harus bebas dari tekanan politik. Hal ini yang kadang menjadi sandungan bagi para peneliti dalam menggali kebenaran.
Di DPR sendiri, sarana dan prasarana penelitian masih dibatasi. Penelitian dianggap sebagai perjalanan dinas, yang hanya diberi waktu 7 hari. Padahal, kita tahu penelitian tidak dapat dilakukan secara terburu-buru.
Pada kenyataannya, dukungan data dari peneliti sangat dibutuhkan oleh anggota dewan. Apalagi ada kecenderungan aktivitas kedewanan yang cenderung reaktif dan membutuhkan dukungan data untuk merespons secepatnya. Hasil penelitian yang tepat sebenarnya dapat membantu anggota dewan untuk mengambil keputusan politik yang lebih tajam dan bermanfaat. Dengan begitu, mereka dapat menghasilkan produk undang-undang yang menjawab kebutuhan masyarakat.
referensi
1. Poskota. Anggaran Riset Indonesia Paling Buntut di ASEAN, Kamis, 15 September 2016
2. LIPI. ANGGARAN LEMBAGA RISET TERUS DIPANGKAS, http://lipi.go.id/lipimedia/anggaran-lembaga-riset-terus-dipangkas/15723
3. Jokowi Janji Upayakan Kenaikan Anggaran untuk Penelitian, http://nasional.kompas.com/read/2014/09/16/17495271/Jokowi.Janji.Upayakan.Kenaikan.Anggaran.untuk.Penelitian
0 notices:
Post a Comment