
Menteri Kesehatan Prof. Nila Moeloek mengatakan bahwa jumlah perokok di kalangan perempuan mengalami peningkatan sebanyak 2.76%. Perempuan perokok tertinggi di dunia. Jumlah ini tentu memprihatinkan karena merokok memiliki keterkaitan dengan berbagai gangguan kesehatan. Apalagi jika dilakukan oleh perempuan.
Merokok bagi perempuan
Risiko merokok jelas tergambar pada peringatan di bungkus rokok. Bagi perempuan, ancaman kesehatan juga berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Berbagai penelitian (Menon & Parkas, 2012; Huxley & Woodward, 2011; Charrier, Serafini, Giordano & Zotti, 2010) menunjukkan bahaya merokok untuk perempuan karena menyebabkan:
Merokok bagi perempuan
Risiko merokok jelas tergambar pada peringatan di bungkus rokok. Bagi perempuan, ancaman kesehatan juga berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Berbagai penelitian (Menon & Parkas, 2012; Huxley & Woodward, 2011; Charrier, Serafini, Giordano & Zotti, 2010) menunjukkan bahaya merokok untuk perempuan karena menyebabkan:
A. Gangguan kesuburan
Kesuburan atau fertilitas pada perokok dapat berkurang hingga 72 persen. Artinya, perempuan perokok punya kemungkinan lebih besar untuk mandul (infertil) ketimbang perempuan bukan perokok.
B. Berbagai jenis kanker
Rokok memiliki bermacam anti oksidan yang jika dihirup dapat menjadi pencetus kanker. Para peneliti meyakini bahwa rokok menimbulkan risiko kanker paru; kanker rongga mulut, tekak, dan kerongkongan; kanker payudara; dan kanker serviks.
C. Gangguan pada janin
Ibu hamil yang merokok dapat mengakibatkan cedera pada janin, kelahiran prematur, dan berat bayi rendah. Dalam studi terhadap 15 ribu pengguna tembakau dan 273 ribu bukan pengguna tembakau, para ilmuwan menemukan bahwa rokok tampaknya dapat meningkatkan risiko perkembangan psikosis. Ada kemungkinan paparan nikotin, dengan meningkatkan pelepasan dopamin, menyebabkan psikosis berkembang, yang merupakan penyebab penyakit psikotik. Bagi ibu hamil, peresapan nikotin akan memengaruhi janin yang dikandung, sehingga dampak psikosis akan dirasakan oleh bayinya.
Mengingat banyaknya risiko merokok, mengapa masih ada perempuan yang ingin merokok? Dina Martiany mengutip LSM KOMPAK yang menyatakan peningkatan penggunaan produk tembakau/rokok diakibatkan karena adanya perubahan peran dan status ekonomi kaum perempuan sebagai dampak modernisasi. Produsen rokok menjual image positif tentang rokok, yang mengesankan bahwa merokok itu trendi, glamor, mandiri, dan modern. Semakin banyak wanita yang memecahkan glass ceiling dan mencapai posisi-posisi penting yang selama ini didominasi oleh lelaki. Namun, untuk mendapatkannya wanita harus bekerja beberapa kali lipat, sehingga tekanan yang diterima pun lebih berat.
Di tengah kehidupan yang penuh tekanan ini, merokok bisa menjadi penawar. Merokok menguraikan ketegangan. Banyak perokok beranggapan bahwa rokok dapat melepaskan stres (Aronson, dkk,2008), yang diperoleh dari waktu rehat untuk merokok dan aksi kimiawi nikotin dalam otak. Akan tetapi, ketika kembali ke kejadian yang menekan, efek nikotin tidak akan membantu dan perokok merasa harus segera merokok kembali.
Merokok dan gangguan jiwa
Pada hakikatnya, "orang normal tidak merokok", begitu kata Direktur Rumah Sakit Jiwa Aluih Saboe di Gorontalo, ketika saya berkunjung dalam pengumpulan data mengenai RUU Kesehatan Jiwa beberapa tahun lalu. Dalam teori katarsis Freud, merokok merupakan upaya melepaskan tekanan dan menyeimbangkan kontrol diri. Akan tetapi, ketika merokok tidak bisa ditahan dan menjadi kecanduan, DSM memiliki ruang khusus untuk itu: Substance-related and Addictive Disorder.
Gangguan penggunaan zat dalam DSM-5 mengombinasikan kategori penyalahgunaan dan ketergantungan zat di DSM-4 menjadi satu gangguan yang terukur dalam jarak ringan ke parah. Setiap zat khusus (selain kafein, yang tidak dapat didiagnosa sebagai gangguan penggunaan) disebut dalam gangguan penggunaan terpisah (misalnya, gangguan penggunaan alkohol, gangguan penggunaan stimulan), namun hampir semua zat didiagnosa berdasarkan kriteria yang sama (APA, 2013).
Penggunaan nikotin sendiri dibahas pada sub "Tobacco Use Disorder". Dampak langsung penggunaan nikotine adalah tachycardia (peningkatan denyut jantung abnormal), hypertension (tekanan darah tinggi abnormal), peningkatan respirasi, hyperglycemia (kelebihan glukosa dalam darah), meningkatkan penyimpanan ingatan, meningkatkan konsentrasi dan menekan nafsu makan. Nikotin dapat diberikan melalui beberapa cara, termasuk inhalasi (merokok), Buccal (mengunyah tembakau) and insulfation (menyedot tembakau).
Konsumsi zat ini tidak hanya berbahaya buat diri sendiri, tapi juga berbahaya terhadap orang lain. American Cancer Society menjelaskan bahwa Asap dari tembakau yang dibakar (second hand smoke) mengandung dua jenis asap, yaitu:
1. Mainstream smoke, asap yang dihisap oleh perokok
2. Sidestream smoke, asap dari pembakaran akhir rokok, pipa, sigaret, atau rokok hokah. Tipe asap ini memiliki konsentrasi agen penyebab kanker (carcinogen) lebih tinggi dan lebih beracun daripada mainstream smoke. Juga memiliki partikel yang lebih kecil, sehingga memudahkan masuk ke jantung dan sel-sel tubuh.
Gangguan perilaku sosial
Ketika membicarakan rokok, orang jarang membahas dampak sosial merokok. Padahal, merokok berkaitan dengan banyak perilaku negatif dalam interaksi sosial. Banyak perokok yang tidak peduli jika aktivitasnya membahayakan orang lain. Percikan rokok dapat merusak baju orang-orang di sekitarnya. Bahkan tidak sedikit yang mengintimidasi orang lain yang meminta agar tidak merokok di tempat tertentu. Belum lagi ketidaksukaan mereka untuk membuat puntung rokok di tempatnya. Memang tidak semua perokok tidak bisa membuang sampah pada tempatnya, tapi pernahkah anda datang ke gedung DPR di pagi hari setelah rapat panjang pada malam sebelumnya? Banyaknya wartawan yang meliput dapat kita hitung dari jumlah sampah yang bertebaran di lobi. Mereka pikir mereka boleh buang sampah sembarangan karena ada petugas kebersihan yang akan merapikan gedung ini di pagi hari. Tampaknya perlu ada penelitian mendalam mengenai merokok dan penyimpangan perilaku sosial.
Di sisi lain, kebiasaan merokok merupakan dampak dari pembiaran lingkungan. Meskipun sudah ada berbagai peraturan dan tatapan kebencian dari perokok pasif, para perokok tidak mudah menghentikan kebiasaannya. Selain karena memang sulit bagi perokok untuk menghentikan kecanduannya sendiri, juga karena tidak ada hukuman yang tegas seperti yang tertulis dalam aturan-aturan tersebut.
Pada hakikatnya, merokok merupakan hak asasi manusia. Jadi, selagi tidak ada larangan tempat merokok, orang bebas menikmati asap beracun itu. Akan tetapi, perlu diingat bahwa tidak ada kebebasan absolut. Kebebasan anda dibatasi oleh hak asasi saya untuk menikmati udara yang sehat. Oleh karena itu, saya ingin menutup tulisan ini dengan jargon di pamflet kantor Kesbangpol Kabupaten Sumba Barat yang berbunyi:
C. Gangguan pada janin
Ibu hamil yang merokok dapat mengakibatkan cedera pada janin, kelahiran prematur, dan berat bayi rendah. Dalam studi terhadap 15 ribu pengguna tembakau dan 273 ribu bukan pengguna tembakau, para ilmuwan menemukan bahwa rokok tampaknya dapat meningkatkan risiko perkembangan psikosis. Ada kemungkinan paparan nikotin, dengan meningkatkan pelepasan dopamin, menyebabkan psikosis berkembang, yang merupakan penyebab penyakit psikotik. Bagi ibu hamil, peresapan nikotin akan memengaruhi janin yang dikandung, sehingga dampak psikosis akan dirasakan oleh bayinya.
Mengingat banyaknya risiko merokok, mengapa masih ada perempuan yang ingin merokok? Dina Martiany mengutip LSM KOMPAK yang menyatakan peningkatan penggunaan produk tembakau/rokok diakibatkan karena adanya perubahan peran dan status ekonomi kaum perempuan sebagai dampak modernisasi. Produsen rokok menjual image positif tentang rokok, yang mengesankan bahwa merokok itu trendi, glamor, mandiri, dan modern. Semakin banyak wanita yang memecahkan glass ceiling dan mencapai posisi-posisi penting yang selama ini didominasi oleh lelaki. Namun, untuk mendapatkannya wanita harus bekerja beberapa kali lipat, sehingga tekanan yang diterima pun lebih berat.
Di tengah kehidupan yang penuh tekanan ini, merokok bisa menjadi penawar. Merokok menguraikan ketegangan. Banyak perokok beranggapan bahwa rokok dapat melepaskan stres (Aronson, dkk,2008), yang diperoleh dari waktu rehat untuk merokok dan aksi kimiawi nikotin dalam otak. Akan tetapi, ketika kembali ke kejadian yang menekan, efek nikotin tidak akan membantu dan perokok merasa harus segera merokok kembali.
Merokok dan gangguan jiwa
Pada hakikatnya, "orang normal tidak merokok", begitu kata Direktur Rumah Sakit Jiwa Aluih Saboe di Gorontalo, ketika saya berkunjung dalam pengumpulan data mengenai RUU Kesehatan Jiwa beberapa tahun lalu. Dalam teori katarsis Freud, merokok merupakan upaya melepaskan tekanan dan menyeimbangkan kontrol diri. Akan tetapi, ketika merokok tidak bisa ditahan dan menjadi kecanduan, DSM memiliki ruang khusus untuk itu: Substance-related and Addictive Disorder.
Gangguan penggunaan zat dalam DSM-5 mengombinasikan kategori penyalahgunaan dan ketergantungan zat di DSM-4 menjadi satu gangguan yang terukur dalam jarak ringan ke parah. Setiap zat khusus (selain kafein, yang tidak dapat didiagnosa sebagai gangguan penggunaan) disebut dalam gangguan penggunaan terpisah (misalnya, gangguan penggunaan alkohol, gangguan penggunaan stimulan), namun hampir semua zat didiagnosa berdasarkan kriteria yang sama (APA, 2013).
Penggunaan nikotin sendiri dibahas pada sub "Tobacco Use Disorder". Dampak langsung penggunaan nikotine adalah tachycardia (peningkatan denyut jantung abnormal), hypertension (tekanan darah tinggi abnormal), peningkatan respirasi, hyperglycemia (kelebihan glukosa dalam darah), meningkatkan penyimpanan ingatan, meningkatkan konsentrasi dan menekan nafsu makan. Nikotin dapat diberikan melalui beberapa cara, termasuk inhalasi (merokok), Buccal (mengunyah tembakau) and insulfation (menyedot tembakau).
Konsumsi zat ini tidak hanya berbahaya buat diri sendiri, tapi juga berbahaya terhadap orang lain. American Cancer Society menjelaskan bahwa Asap dari tembakau yang dibakar (second hand smoke) mengandung dua jenis asap, yaitu:
1. Mainstream smoke, asap yang dihisap oleh perokok
2. Sidestream smoke, asap dari pembakaran akhir rokok, pipa, sigaret, atau rokok hokah. Tipe asap ini memiliki konsentrasi agen penyebab kanker (carcinogen) lebih tinggi dan lebih beracun daripada mainstream smoke. Juga memiliki partikel yang lebih kecil, sehingga memudahkan masuk ke jantung dan sel-sel tubuh.
Ketika membicarakan rokok, orang jarang membahas dampak sosial merokok. Padahal, merokok berkaitan dengan banyak perilaku negatif dalam interaksi sosial. Banyak perokok yang tidak peduli jika aktivitasnya membahayakan orang lain. Percikan rokok dapat merusak baju orang-orang di sekitarnya. Bahkan tidak sedikit yang mengintimidasi orang lain yang meminta agar tidak merokok di tempat tertentu. Belum lagi ketidaksukaan mereka untuk membuat puntung rokok di tempatnya. Memang tidak semua perokok tidak bisa membuang sampah pada tempatnya, tapi pernahkah anda datang ke gedung DPR di pagi hari setelah rapat panjang pada malam sebelumnya? Banyaknya wartawan yang meliput dapat kita hitung dari jumlah sampah yang bertebaran di lobi. Mereka pikir mereka boleh buang sampah sembarangan karena ada petugas kebersihan yang akan merapikan gedung ini di pagi hari. Tampaknya perlu ada penelitian mendalam mengenai merokok dan penyimpangan perilaku sosial.
Di sisi lain, kebiasaan merokok merupakan dampak dari pembiaran lingkungan. Meskipun sudah ada berbagai peraturan dan tatapan kebencian dari perokok pasif, para perokok tidak mudah menghentikan kebiasaannya. Selain karena memang sulit bagi perokok untuk menghentikan kecanduannya sendiri, juga karena tidak ada hukuman yang tegas seperti yang tertulis dalam aturan-aturan tersebut.
Pada hakikatnya, merokok merupakan hak asasi manusia. Jadi, selagi tidak ada larangan tempat merokok, orang bebas menikmati asap beracun itu. Akan tetapi, perlu diingat bahwa tidak ada kebebasan absolut. Kebebasan anda dibatasi oleh hak asasi saya untuk menikmati udara yang sehat. Oleh karena itu, saya ingin menutup tulisan ini dengan jargon di pamflet kantor Kesbangpol Kabupaten Sumba Barat yang berbunyi:
"Silahkan asap rokoknya ditelan sendiri"
Referensi:
American Cancer Society.Helath Risks of Secondhand Smoke: What is secondhand smoke?.http://www.cancer.org/cancer/cancercauses/tobaccocancer/secondhand-smoke, diakses 2 September 2016
American Psychiatric Association. Substance-Related and Addictive Disorders. http://www.dsm5.org/documents/substance%20use%20disorder%20fact%20sheet.pdf, diakses 2 September 2016.
Aronson, Keith R, dkk. Smoking is Associated with Worse Mood on Stressful Days: Results from a National Diary Study.ann. behav. med. (2008) 36:259–269. DOI 10.1007/s12160-008-9068-1
Jumlah Perokok Perempuan Indonesia Tertinggi di Dunia, http://lifestyle.okezone.com/read/2016/05/30/481/1401508/jumlah-perokok-perempuan-indonesia-tertinggi-di-dunia, diakses 29 Agustus 2016
Martiany, Dina. Kendali Jumlah perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan. Info Singkat Vol. VIII No. 16 /II/P3DI/Agustus/2016.
Merokok dan Gangguan Jiwa Menunjukkan Hubungan Sebab Akibat, http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150710092056-255-65618/merokok-dan-gangguan-jiwa-menunjukkan-hubungan-sebab-akibat/, diakses 2 September 2016
0 notices:
Post a Comment