{Seminar} Pendidikan Karakter

Religius | Jujur | Toleransi | Disiplin | Kerja keras | Kreatif |Mandiri | Demokratis |Rasa ingin tahu | Semangat kebangsaaan | Cinta tanah air | Menghargai prestasi | Bersahabat dan komunikatif | Cinta damai | Gemar membaca | Peduli lingkungan | Peduli sosial | Tanggung jawab.

Baru saja saya menuliskan 18 nilai karakter yang ingin dibangun melalui pendidikan nasional kita. Kesemua nilai diatas merupakan ramuan dan fokus yang ingin dicapai Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Ide besarnya adalah memasukkan nilai-nilai tersebut dalam mata pelajaran sehingga nantinya sekolah dapat mencetak lulusan yang berkarakter.


Seperti biasa, sweet agenda Pemerintah selalu sulit diterjemahkan secara konkret dalam kehidupan nyata. Pendidikan karakter dibebankan pada mata kuliah moral seperti PMP, Ppkn atau apalah namanya sekarang yang notabene hanya secuil dari daftar mata pelajaran di sekolah. Lebih menyedihkan lagi, pendidikan karakter menitikberatkan pada materi yang akan diujikan dalam ujian, bukannya pemahaman yang akan terimplementasi dalam perilaku. Dengan modal sekecil itu, pemerintah berharap dapat membentuk generasi muda yang bermoral.

Pada kenyataannya, pembelajaran ini menjadi buruk karena rendahnya kesesuaian khotbah guru tentang karakter dengan perilaku yang ditampakkan. Adalah bodoh ketika orang tua menuntut anak untuk jujur, ketika mereka selalu mangkir. Adalah konyol ketika Kemendikbud berkoar-koar pentingnya pendidikan karakter tapi tidak mampu membatasi ide-ide media yang menyesatkan.

Pekerjaan setengah hati hanya akan menghasilkan prestasi setengah matang. Menyakitkan bagi yang sudah bekerja keras. Melelahkan bagi yang telah berpikir sungguh-sungguh untuk mewujudkannya.

Sebenarnya apa pentingnya pendidikan karakter ini?

Daniel Goleman pernah menuliskan yang kurang lebih isinya bahwa orang pintar tanpa kecerdasan emosional maka jalan kesuksesan akan sulit dicapai. Scholtz menambahkan aspek penting lain dalam pencapaian tujuan ini, yaitu Aptitute Quetient, sikap. Orang mampu berfungsi optimal, diterima di masyarakat dan mendapatkan pencapaian-pencapaian luar biasa karena menggabungkan IQ, EQ dan AQ.

Sikap menentukan bagaimana seorang hidup. Kenapa? Karena anda adalah yang anda pikirkan. Freud menjelaskan bahwa manusia memiliki kesadaran dan ketidaksadaran. Ketidaksadaran merupakan nilai yang tertanam secara alami dan diterima secara persisten sebagai kodrat manusia yang mana dapat termanifestasikan dalam perilaku pada saat manusia berada dalam kondisi tertekan. Kenapa pada kondisi tertekan? Karena disaat itu, kita sering kehilangan kemampuan kontrol diri dan bertindak sesuai insting. Freud menyebutnya “id”. Singkatnya, id adalah originalitas kemakhlukan seorang manusia.

Namun, seiring meningkatnya pengetahuan dan pengalaman seseorang, id pun tertutupi oleh Super Ego, yang menuntut kita beperilaku sesuai norma yang telah disepakati masyarakat. Disinilah peran sekolah dalam membentuk perilaku anak menjadi berkarakter. Dengan begitu kepribadian berkarakter jelas terdefinisikan sebagai kepribadian yang dievaluasi berdasarkan nilai dan norma tertentu, nilai yang dianggap menghasilkan karakter yang baik (Evita, 2011).

Referensi


Evita E. Singgih- Salim. 2011. Membangun Ketangguhan melalui Pendidikan Karakter. Proceeding Seminar Membentuk Masyarakat Indonesia yang Resilien melalui Pendidikan Karakter, 10 Desember 2011.

0 notices:

Post a Comment