[Info Singkat] Kesiapan Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013

Sudah setahun berjalan sejak Menteri Pendidikan Muh. Nuh mencanangkan pergantian kurikulum sekolah menjadi Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menganggap ini sebagai obat bagi permalasahan kualitas pendidikan. Memang, ini hanyalah salah satu resep Kemendikbud yang bercita-cita mewujudkan generasi emas. Sayangnya, peresepan ini tidak disertai diagnosis matang, sehingga menimbulkan lebih banyak masalah. 
Kurikulum 2013 ini menuntut peran guru lebih besar dalam mendorong aktivitas siswa. Sebenarnya itu tidak jauh beda dari 20 tahun lalu ketika dicanangkan program CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Namun, kenyataannya banyak guru yang merasa kesulitan. Kemendikbud pun sibuk mengadakan pelatihan, yang bukan hanya memberi pencerahan tentang sistem kurikulum baru, tapi juga melatih kompetensi guru. Nah, ini jadi membingungkan. Padahal dalam  Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, setiap guru harus memiliki empat kemampuan dasar yang sangat dibutuhkan dalam mendukung implementasi kurikulum,  yaitu kompetensi pedagogik, pribadi, profesional, dan sosial. Keempat kompetensi ini harus diasah dan dikembangkan dalam berbagai bentuk pelatihan guru. Artinya dengan menggenggap 4 kompetensi ini maka apapun bahan ajar yang harus disampaikan tidak akan menjadi masalah.

Menilik rendahnya kompetensi guru maka perlu mengungkit akarnya, yaitu pendidikan guru. Setiap tahun peserta pendidikan guru selalu membludak, namun bukan berarti semuanya akan menjadi guru yang kompeten. Banyak peserta pendidikan yang memasukin pendidikan guru karena passing grade yang rendah. Dalam banyak kasus, teman-teman yang memilih pendidikan guru bukanlah mereka yang ingin jadi guru, tapi karena mereka tidak dapat memasuki universitas umum yang lebih berkualitas. Hal ini tentu berkonotasi dengan kualitas lulusan yang dihasilkan. Oleh karena itu wajar muncul penelitian yang menyebutkan bahwa guru adalah pekerjaan yang penuh tekanan. Banyak guru yang tidak ingin berada di ruang kelas, namun harus melakukannya demi penghidupan. Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada menjalani hidup yang tidak kita inginkan, kan?






0 notices:

Post a Comment