Komunalitas di mobil jemputan kantor

Aturan kawasan pengendalian Lalu Lintas dan Kewajiban Mengangkut paling sedikit 3 orang Penumpang Per Kendaraan pada ruas-ruas Jalan Tertentu di DKI merupakan implementasi Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 4104/2003 Tanggal 23 Desember 2003. Aturan ini diharapkan dapat mengurai kemacetan yang selalu menghantui jalanan protokol di ibukota. Seperti biasa, aturan ini diilhami konsep berbagi kendaraan (car sharing service) yang ditetapkan di berbagai kota besar. Di New York, konsep ini dinamakan “carpool” dimana orang dapat menjadi anggota sebuah komunitas berbagi kendaraan untuk berangkat dari rumah ke tempat kerja. Di Inggris namanya Car Clubs. Solusi ini merupakan jawaban atas padatnya lalu lintas megapolitan yang disebabkan tingginya volume kendaraan.

Berangkat dari teori tersebut, peraturan 3 in 1 pun diterapkan di Indonesia. Namun, setelah bertahun-tahun berlaku, tidak ada dampak signifikan yang dihasilkannya. Orang tetap menggunakan kendaraan berpenumpang minimal 3, meskipun 2 diantaranya adalah joki. 3 in 1 akhirnya menciptakan sebuah lapangan pekerjaan baru, namun beberapa masalahan tambahan seperti meningkatnya  kemacetan, semakin lamanya waktu tempuh, semakin banyaknya pengangguran yang menggantungkan diri pada pekerjaan joki yang tidak jelas, dan meningkatnya ketidaknyamanan pengendara yang terpaksa mengangkut joki (kebanyakan joki tidak merawat kebersihan dirinya sehingga mengganggu). Tujuan utamanya malah tidak tercapai. Seharusnya kan 3 orang meninggalkan mobil pribadinya di rumah lalu berangkat ke kantor bersama menggunakan satu kendaraan saja. Berbagi!


Mengapa sulit sekali untuk berbagi kebersamaan? Ada begitu banyak alasan untuk berbagi kendaraan. Pertama, pastinya lebih hemat bahan bakar karena hanya perlu membiayai satu mobil. Kedua, ada teman ngobrol. Banyak pengendara yang menjadi stres ketika harus menghadapi macet sendirian. Ketika, bisa beristirahat. Penumpang dapat memanfaatkan waktu perjalanan untuk tidur sampai di kantor. Satu atau dua jam bagi seorang komuter sangat berharga!

Rasanya sulit dipercaya bahwa negara kita yang terkenal dengan semboyan gotong royongnya malah sulit diajak berbagi kendaraan. Banyak yang memilih membawa mobil sendiri meski harus menyewa joki. Kendaraan umum pun bukan pilihan yang mudah karena kondisinya yang sangat memprihatinkan. Misalnya saja kereta komuter yang merupakan jawara kecepatan di kelas angkutan darat, tapi penumpang harus berdesakan seperti di dalam kaleng sarden. Belum lagi Busway yang bahkan mempersempit ruas jalan. Tidak, kendaraan umum bukan solusi terbaik.

Tapi, saya yakin ada jalan keluar dari keruwetan masalah lalu lintas Jakarta ini. Salah satunya adalah kendaraan jemputan kantor. Sudah dua tahun ini saya dimanja dengan bus kantor yang membawa karyawan dari Depok ke Senayan.

Adalah sebuah pembelajaran yang luar biasa ketika orang dibiasakan untuk menggunakan bus jemputan. Pertama, pembelajaran tentang kebersamaan. Bus jemputan digunakan secara beramai-ramai, oleh karena itu kita harus saling bertoleransi, baik dalam hal menunggu dan jangan sampai ditunggu. Tidak ada yang ditinggalkan. Kedua, prinsip kekeluargaan. Dalam komunitas bus jemputan saya dibiasakan untuk melakukan banyak hal bersama-sama, misalnya menjenguk anggota jemputan yang sakit, melahirkan atau menikah. Bahkan kami punya kegiatan darmawisata. Ketiga, pembelajaran berbagi. Sudah kebiasaan bagi kami untuk berbagi makanan setiap pagi dalam perjalanan. Adakalanya pula ketika kami harus berbuka di jalan, sekardus air mineral selalu disediakan.

Singkat kata, jemputan mengkondisikan sebuah iklim komunal positif yang merupakan cerminan karakter bangsa kita seluhurnya. Bukankah nenek moyang kita dulunya bahu membahu dalam kehidupannya? Sebelum dibangunnya mall-mall, gedung-gedung tinggi atau pagar menjulang, bukankah kita adalah makhluk berkelompok? Pergeseran nilai komunal menjadi egosentris tidak dapat dipisahkan dari lingkungan fisik yang mengungkungi kita. Oleh karena itu, bus jemputan menghapus jarak pintu mobil dari setiap pribadi dan menggabungkan dalam sebuah ruangan bersama dimana kita bisa saling berhadapan dan berkomunikasi lebih dekat.

0 notices:

Post a Comment