Setelah merger, Stefan Buchner, direktur pembelian Daimler dan Louise Linder dari Chrysler menghadapi masalah baru. Merger terkait dengan timbunan trilyunan Dollar dan perubahan hidup beberapa juta orang. Bagi para top eksekutif, merger dapat mengangkat kekayaan; bagi pekerja di bawah ini seringkali tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan mereka; dan bagi manajer level tengah seperti Buchner dan Linder ini berarti kerja keras memikirkan ongkos-ongkos yang harus dikurangi setelah transaksi untuk menghemat dan berhadapan dengan benturan-benturan budaya dalam penggabungan dua perusahaan tersebut.
Permasalahan budaya menjadi perhatian utama perusahaan baru ini. Dari sudut pandang Amerika, operasionalisasi perusahaan terlalu banyak mendapat kendali Jerman yang kental dengan aroma militer. Sedangkan pekerja Jerman kesulitan mengikuti cara Amerika yang trial-error. Perbedaan budaya segera merebak menjadi kecemasan para petinggi.
Maka dimulailah tugas berat Buchner dan Linder. Linder memutuskan melakukan riset mengenai Daimler dan memeriksa para supplier yang akan memasuki merger. Sedangkan tim Buchner menganalisa prosedur operasi perusahaan yang akan dilakukan bersama nanti.
Masalah operasional dipecahkan dengan melakukan cara biasa yang selama ini telah mereka lakukan karena cara-cara itulah yang dianggap paling baik dan paling mereka pahami. Perubahan teknik tidak dibutuhkan karena operasi yang selama ini dianggap cukup baik.
Namun, bagaimana dengan hambatan budaya? Akhirnya mereka sepakat untuk:
- Memberikan kursus bahasa Jerman bagi karyawan Amerika
- Mendorong karyawan Jerman untuk mengikuti kelas-kelas tentang kesadaran budaya. Darisanalah mereka mengetahui bahwa orang Amerika lebih sedikit berjabat tangan, dsb.
Seiring berjalannya waktu, Daimler-Chrysler mengelilingi para pekerja dengan kedua budaya mereka. Kedua manajer tidak berhenti mengevaluasi solusi mereka untuk meningkatkan efektivitas operasional. (diadaptasi dari Kreitner & Kinicki.2003:122-123)
Apa yang mereka lakukan diatas?
Perusahaan raksasa Daimler Chrysler sudah melakukan yang disebut para praktisi Pengembangan Organisasi sebagai praktek Action Research. Nah, apa itu action research? Dibawah sedikit ulasan yang dapat membuka cakrawala mengenai action research.
Action Research
Adalah salah satu aktivitas dalam Organization Development dalam mempelajari masalah agar dapat menganalisa, membetulkan dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan. Teknik ini menggabungkan dua aspek penting: proses (action) dan pendekatan pemecahan masalah (approach).
Apa saja yang dilakukan dalam Action Research?
- Pengumpulan data
- Umpan balik data kepada klien
- Perencanaan tindakan (action planning)
Tahapan yang biasanya dilakukan:
- identifikasi masalah: dimulai dari orang yang penting dalam organisasi merasa ada masalah yang dapat dibantu penyelesaiannya oleh agen perubahan.
- konsultasi dengan ahli: agen perubahan dan klien menetapkan hubungan saling percaya dan keterbukaan dan menetapkan kerjasama kolaboratif.
- pengumpulan data dan diagnosa awal: biasanya dilakukan untuk mengukur keadaan organisasi saat ini. Metode paling umum adalah interview, observasi, kuesioner dan data kinerja organisasi.
- feedback untuk klien: hasil pengumpulan data diberikan kepada klien. Ini adalah usaha untuk menginformasikan kepada klien keadaan organisasinya.
- Diagnosis persoalan bersama: agen perubahan dank lien mendiskusikan umpan balik dan mencoba mendefinisikan persoalan nyata yang membutuhkan perubahan.
- perencanaan dan tindakan: agen perubahan dank lien menyetujui tindakan yang akan diambil.
- pengumpulan data setelah tindakan: karena action research adalah siklus, data harus juga dikumpulkan untuk mengukur pengaruh tindakan yang diambil. Data baru ini menjadi umpan balik lagi untuk klien dan mendorong rediagnosis persoalan dan tindakan baru. Proses keseluruhan berulang kembali sampai hubungan konsultan dan klien berakhir.
Varieties of Action Research
Ada beberapa praktek Action research antara lain:
Organizational change and work research
Tujuan: meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan pemahaman proses perubahan organisasi.
Pendekatan ini menggunakan serangkaian bentuk pengumpulan informasi dan feedback kepada angora organisasi, mengarah pada dialog pemecahan masalah. Pendekatan ini digunakan dalam tulisan Toulmin & Gustavsen (1996a), Greenwood & Levin (1998), dan (Coghlan & Brannick, 2004).
Co-operative Inquiry
Kelompok co-operative inquiry terdiri atas mereka yang memiliki pandangan yang sama untuk membangun pemahaman dan praktek dalam arena social, professional social. Semuanya adalah co-researchers, yang pemikiran dan keputusannya menghasilkan ide baru, merancang dan mengelola proyek, dan mengambil kesimpulan dari pengalaman; dan juga co-subjects, ikut serta dalam aktivitas yang sedang diteliti.
Action Science and Action Inquiry
Disiplin ini menawarkan metode untuk mempertanyakan dan mengembangkan keselarasan antara tujuan, teori dan frame, perilaku dan akibat yang dihasilkan. Secara singkatnya pertanyaan yang digunakan adalah: "Apakah kita 'menjalankan apa yang kita bicarakan'?"
Cara ini dapat dilakukan dalam tataran individual, kelompok kecil maupun level organisasi.
Tujuan: menganalisana dan mengambil tindakan bersama dalam lebih banyak peristiwa di kehidupan sehari-hari, melihat analisa sebagai 'cara hidup' (Argyris, Putnam, & Smith, 1985; Friedman, 2001; Marshall, 2001; Torbert, 2001).
Learning History
Adalah proses merekam pengalaman hidup dari mereka dalam situasi action research atau pembelajaran. Peneliti bekerja sama dengan mereka yang terkait untuk menyetujui ruang lingkup dan focus sejarah, mengidentifikasi pertanyaan kunci, mengumpulkan informasi melalui proses wawancara reflektif, mengubah informasi tersebut menjadi bentuk yang dapat dipahami organisasi sehingga menggerakkan usaha dialog untuk memeriksa keakuratan, implikasi dan hasil praktis yang disarankan penelitian tersebut (Roth & Kleiner, 1998).
Appreciative inquiry
Praktisi AI menyatakan action research mempertahankan bahwa sudut pandang yang berorientasi pada masalah dunia mengurangi kapasitas manusia untuk menghasilkan teori inovatif yang menginspirasikan imajinasi, komitmen, dan dialog yang penuh semangat yang dibutuhkan untuk mengatur kembali cara social. Memberikan perhatian pada yang positif tentang organisasi dan komunitas, memberikan pemahaman bagi manusia tentang apa yang memberi mereka hidup dan bagaimana kita dapat bertahan dan meningkatkan potensi yang diberikan kehidupan. AI diawali dengan 'pertanyaan positif tanpa syarat' yang mengarahkan investigasi dan memfokuskan perhatian pada anugerah hidup, aspek kelestarian hidup keberadaan organisasi (Ludema, Cooperrider, & Barrett, 2001).
Whole systems inquiry
Intervensi/proses kelompok besar adalah event yang diatur untuk mengaitkan semua system, baik organisasi maupun komunitas, dalam pemikiran dan perencanaan perubahan (for descriptions see Bunker &Alban, 1997).
Yang membedakan mereka adalah bahwa proses diatur untuk memberikan setiap partisipan kesempatan ikut serta secara aktif dalam perencanaan (Martin, 2001). Daripada mematok satu tujuan saja, dalam rancangan dialog konfrensi (Gustavsen, 2001) dan rancangan system keseluruhan (Pratt, Gordon, & Plamping, 1999) peran penelitian adalah untuk menciptakan kondisi bagi dialog demokratis antara partisipan
Participative action research (PAR)
Biasanya digunakan untuk mengacu pada strategi action research yang berasal dari ide liberationis Paulo Freire (1970) dan mereka dengan politik 'Selatan', berpartisipasi dalam action research adalah secara eksplisit besifat politis, bertujuan untuk mengembalikan kemampuan orang yang tertekan untuk menciptakan pengetahuan dan praktek sesuai dengan minat mereka dan hal tersebut memiliki tujuan ganda. Yang pertama adalah untuk menghasilkan pengetahuan dan tindakan yang secara langsung berguna untuk kelompok, sedangkan yang lain, untuk memperkuat orang pada level yang lebih dalam melalui proses mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuannya sehingga mereka dapat 'melihat dalam' cara-cara yang menimbulkan monopoli produksi dan penggunaan pengetahuan untuk kepentingan anggotanya. Praktisi PAR menekankan pengembangan proses kolaborasi dan dialog yang memperkuat, memotivasi, meningkatkan self-esteem, dan mengembangkan solidaritas komunitas (see for example Fals Borda & Rahman, 1991; Selener, 1997).
Art, storytelling and theatre as action research
Action research terkait dengan pergerakan kontemporer dalam ranah artistic seperti storytelling, teater, dan seni daerah yang menjadi gerbang investigasi pengetahuan (Hawkins, 1988; Mienczakowski & Morgan, 2001).
Public Conversations
Tujuan: membantu menghasilkan komunitas yang inklusif, empatis, dan bekerja sama dengan mengadakan pembicaraan yang membangun dan hubungan antara mereka yang memiliki nilai, cara pandang dunia dan posisi mengenai isu publik yang berbeda.
Ini termasuk aktivis dalam hubungan adversarial yang tertarik berbicara satu sama lain secara langsung, daripada melalui media, sehingga dapat mengurangi stereotyping dan sikap bertahan (defensif) kelompok dan jaringan yang mencari kolaborasi yang lebih efektif daripada perbedaan identitas dan perspektif.
Kapan digunakan Action Research?
Saat dibutuhkan informasi tentang system pengembangan organisasi yang akan menjadi landasan tindakan lebih lanjut.
Referensi:
French, Wendell L.& Bell, Jr., Cecil H.1973.Organization Development (second edition). Prentice Hall.
Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo.2003. Perilaku Organisasi (buku satu).Jakarta: PenerbitSalemba empat
Reason, Peter & McArdle, Kate. Action Research and Organization Development in Handbook of Organization Development (ed T.C. Cummings). Sage.
Yuwono, Ino,dkk.2005. Psikologi Industri dan Organisasi.Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga:264-266
0 notices:
Post a Comment