unfit

Pada masa sidang III tahun 2009-2010 ini saya ditugaskan di komisi X. Sebuah komisi yang katanya dijuluki komisi peradaban karena mengurusi moral bangsa. Bagaimana tidak, komisi X bertugas mengelola bidang Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, serta Perpustakaan. Semua hal yang perlu dikelola untuk membina jati diri bangsa yang bermoral.

Namun, pada hari pertama saya datang bersama teman-teman, kami langsung mendapatkan kesan negatif. Bukan dengan anggota dewan (yang sudah banyak kami dengar rumornya, karena banyak artis), tapi dari pihak secretariat komisi.

Sebagai anak baru, kami berusaha bersikap ‘bersahaja’ dan ber’baik-baik’ dengan para petugas yang sudah lama disana. Hari itu kami diberikan ‘pengarahan’ oleh kepala bagian komisi. Namun, isi pengarahan tersebut jauh berbeda dari Surat Keputusan yang melandasi penugasan kami. Dalam SK disebutkan kehadiran kami adalah sebagai pendukung dalam hal konsep, namun yang diinginkan oleh sang kabag berbeda. Ia mengharapkan kami, para peneliti, terjun 100% dalam proses persidangan, hingga mengerjakan tugas-tugas klerikal.

Terang saja kami menolak dengan berargumen bahwa kami memiliki job desc lain yang harus kami penuhi selaku peneliti. Mulai dari hari itulah, sikap buruknya semakin menjadi. Sang kabag sama sekali tidak memperlakukan kami dengan rasa hormat. Kesopanannya jauh dibawah adab tata krama yang diajarkan kepada anak-anak SD.

Ia tidak lagi memanggil kami dengan nama, namun seringkali menggunakan kata, “Hush, hush” untuk mengusir kami dari ruang sidang atau ruang sekretariat. Dan meskipun kami selalu menghadiri rapat kerja komisi X, ia mengeluhkan bahwa peneliti tidak pernah muncul di ruang sidang. Ia juga menggunakan nama anggota untuk mengeluhkan hal-hal yang tidak berdasar kepada setjen hanya untuk melampiaskan kekesalannya.

Ketika memberikan tugas kepada kami, ia sering menyindir. Misalnya suatu kali ia berkata, “kan katanya pinter-pinter...”

Ia telah berhasil membuat saya malas melangkahkan kaki ke komisi X. Saya pun sering meminta saran dari senior mengenai trik yang tepat untuk menghadapi orang ini. Namun, ternyata semua juga mengeluhkan hal yang sama. Bahkan seorang senior memboikot komisi X dengan tidak dapat memberikan bantuan keahlian karena diperlakukan tidak hormat.

Orang ini jelas-jelas perlu dibantu. Kemampuan komunikasinya yang kurang telah menjadikannya momok diantara teman-temannya. Inilah yang menjadi hambatan baginya dan bagi kami untuk memberikan pelayanan terbaik bagi anggota dewan. Padahal saya sangat sadar bahwa keahlian kami sangat dibutuhkan dan dapat membantu penilaian yang lebih baik dalam tugas-tugas komisi X.

0 notices:

Post a Comment