Buka puasa bersama merupakan kegiatan khusus yang banyak dilakukan di bulan Ramadhan. Tujuannya mulia: menjalin silaturahmi. Selain untuk mempererat lingkaran sosial, kegiatan ini juga dapat menjadi waktu rekreasi. Semakin banyak komunitas sosial yang dilakoni seseorang, semakin penuh pula jadwalnya untuk menghadiri undangan buka bersama.

Buka puasa bersama kantor juga menjadi agenda khusus di bulan Ramadhan. Para karyawan diharapkan dapat menghadiri kegiatan di luar jam kantor untuk beramah tamah dengan kolega dan para pejabat. Kehadiran karyawan dalam acara kantor yang tidak terkait dengan tugas kerjanya adalah salah satu perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB).
OCB juga dikenal sebagai perilaku ekstra yang dilakukan melebihi tugas kerja (Lo & Ramayah,2009:49). Ada 5 dimensi OCB, yaitu civic virtue (partisipasi dalam kegiatan yang mendukung organisasi); Conscientiousness (keteraturan, dapat diandalkan, dan pekerja keras), Altruism (perilaku sukarela membantu orang lain); courtesy (perilaku berfokus pada penanganan masalah); dan sportsmanship (perilaku yang menoleransi gangguan dalam organisasi). Mengikuti acara buka puasa termasuk civic virtue, yang menurut Graham (1991, dalam Lo & Ramayah, 2009:49) merupakan indikasi bahwa karyawan memiliki tanggung jawab sebagai bagian organisasi yang baik.
OCB juga dikenal sebagai perilaku ekstra yang dilakukan melebihi tugas kerja (Lo & Ramayah,2009:49). Ada 5 dimensi OCB, yaitu civic virtue (partisipasi dalam kegiatan yang mendukung organisasi); Conscientiousness (keteraturan, dapat diandalkan, dan pekerja keras), Altruism (perilaku sukarela membantu orang lain); courtesy (perilaku berfokus pada penanganan masalah); dan sportsmanship (perilaku yang menoleransi gangguan dalam organisasi). Mengikuti acara buka puasa termasuk civic virtue, yang menurut Graham (1991, dalam Lo & Ramayah, 2009:49) merupakan indikasi bahwa karyawan memiliki tanggung jawab sebagai bagian organisasi yang baik.

Akan tetapi, kehadiran karyawan untuk berbuka bersama di kantor saya belum tentu disebut OCB. Pasalnya, mereka dipancing dengan adanya himbauan dan ancaman sanksi jika tidak menghadiri. Dengan begitu, kehadiran merekapun didasari oleh keterpaksaan. Motivasi sebagian karyawan tidak lagi keinginan berpartisipasi dan mendukung kegiatan kantor, melainkan menghindari sanksi. Dampak paksaan itu terlihat dari perilaku setengah hati mengikuti prosesi yang sudah disusun. Pada saat acara berlangsung tidak banyak karyawan yang memenuhi ruangan dan lebih memilih menunggu waktu (diperbolehkan) pulang di ruangan masing-masing.

Sulitnya membangun OCB di kantor dapat disebabkan beberapa hal. Pertama, renggangnya hubungan antara karyawan terhadap penguasa kantor, dalam hal ini para atasan. Kualitas hubungan atasan-karyawan dihasilkan dari interaksi sehari-hari yang saling menguntungkan. Atasan yang senang mengambil kesempatan dan memanfaatkan bawahan tentu menimbulkan ketidapuasan karyawan. Perilaku atasan yang tidak mengutamakan kesejahteraan bawahannya menyebabkan karyawan keberatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Sebaliknya jika atasan dapat diandalkan, berpihak pada kebaikan karyawan, terbuka dan bersedia dikritik, maka akan timbul kepercayaan diantara mereka. Karyawan pun merasa dihargai.

Kedua, pekerjaan yang berat, sehingga lebih lama di kantor malah menambah beban mental para karyawan. Karyawan ingin cepat pulang untuk beristirahat dan berkumpul bersama keluarganya, namun dipaksa untuk mengorbankan waktunya bukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Di Indonesia tidak ada budaya menghibur atasan atau klien seperti di Jepang atau Korea, sehingga kegiatan makan minum untuk menyenangkan orang lain jarang dilakukan. Malahan, perilaku menjamu orang dalam lingkungan pekerjaan dapat tergelincir pada penyimpangan-penyimpangan yang menjauhkan seorang karyawan dari profesionalisme.

Lalu, apakah kita harus menyerah mengumpulkan dan menyatukan karyawan kantor? Tidak juga, tapi tidak perlu dilakukan secara kediktatoran. Mulailah dengan membangun suasana kerja yang menyenangkan, adil, dan tidak pilih kasih. Jika orang nyaman bekerja dengan anda, besar kemungkinan ia ingin mengenal anda di luar konteks kantor.
Referensi:
Lo, May-Chiun & Ramayah, T. Dimensionality of Organizational Citizenship Behavior (OCB) in a Multicultural Society: The Case of Malaysia, International Business Research,Vol 2 (1) January 2009.
0 notices:
Post a Comment