Uang bukanlah segalanya... (bagi generasi millenial)

Mungkin terdengar klise, tapi begitulah hasil penelitian venture capitalist Mary Meeker. Menurutnya para generasi millenial lebih menghargai pekerjaan yang bermakna dibandingkan gaji yang tinggi. Mereka lebih mencari sense of accomplishment dan pekerjaan yag menantang. Benefit yang disukai kaum millenial adalah (1) pelatihan dan pengembangan; (2) waktu kerja yang fleksibel; dan (3) bonus tunai.

Generasi millenial adalah mayoritas pekerja pada tahun ini. Istilah ini adalah sebutan bagi mereka yang lahir setelah tahun 1980, sehingga pada tahun 2015 berusia antara 19 hingga 34 tahun. Neil Howe dan William Strauss  menemukan 7 ciri generasi millenial, yaitu: 
1. Spesial. 
Mereka selalu diperlakukan khusus dan penting. Generasi ini adalah anak-anak yang paling diinginkan.
2. Terlindungi. 
Sebagai anak mereka sangat terlindungi dan tumbuh dalam lingkungan yang super protektif.
3. Percaya diri. 
Mereka termotivasi, memiliki tujuan, dan percaya pada dirinya dan masa depan. Mereka berharap kuliah (pendidikan) akan membawa mereka pada kejayaan.
4. Berorientasi tim
Mereka lebih suka berkelompok dibandingkan sendirian. Mereka bisa mengorbankan identitas dirinya demi menjadi bagian suatu kelompok.
5. Berprestasi
Mereka cenderung berprestasi tinggi, terfokus pada nilai, kerja keras, melibatkan diri pada kegiatan ekstra kurikuler yang berdampak pada pencapaian.
6. Ditekan
Generasi millenial memiliki jadwal yang ketat dan mengisi setiap jam hidupnya dengan aktivitas yang terstruktur. Oleh karena itu generasi ini dapat kehilangan rasa spontanitas.
7. Konvensional
Mereka menghormati otoritas dan percaya pemerintah akan melakukan yang terbaik untuk mereka. Mereka takut menjadi berbeda. Musik, pakaian dan tanda-tanda budaya mereka akan menjadi mainstream. Mereka sangat menghargai opini orang tuanya. Mereka mendukung dan meyakini aturan sosial, dan lebih selaras dengan nilai orang tuanya ketimbang generasi-generasi lain.


Pew Research Center menemukan bahwa generasi millenial merupakan ujung tombak fenomena sosial. Merekalah yang mengubah tren dunia digital, termasuk internet, teknologi mobil, media sosial- untuk mengkonstruksikan hubungan pertemanan, kolega dan grup afinitas secara personal.

Millenial tidak suka terkungkung di kantor. Mereka membutuhkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hal ini berbeda dengan pandangan manajer yang merupakan generasi Baby Boomers. Para manajer berpikir bahwa bekerja lebih lama lebih baik, karena berpengaruh terhadap penghasilan. Gaya hidup kedua generasi memang berbeda. Menurut Bridget Schulte, lebih dari seperempat Baby Boomers memiliki pasangan menunggu di rumah, atau orang yang bekerja sebagai pembantu yang menyelesaikan semua tugas-tugas rumah tangga. Inilah yang membedakan dengan generasi millenial, dimana kebanyakan rumah tangga memiliki 2 pendapatan, dengan tugas-tugas rumah tangga diurus bersama. Para millenial tidak keberatan untuk dipotong gajinya, promosi ditunda atau dipindahkan asal mendapatkan keseimbangan pekerjaan dan rumah.


Referensi:
Che, Jenny.This Slide Shows Bosses Totally Don't Understand Millennials. http://www.huffingtonpost.com/2015/05/28/bosses-dont-get-millennials_n_7455016.html?cps=gravity_2892_7600018012452506211, diakses tanggal 13 Agustus 2015
Pew Research Center.2010. Millenial: Statistik: Internet, Sosial Media dan Mobile di idnonesia, http://bebmen.com/4027/statistik-internet-sosial-media-dan-mobile-di-indonesia.html,  diakses tanggal 10 November 2014
Schultz, Bridgit.Millennials want a work-life balance. Their bosses just don’t get why. http://www.washingtonpost.com/local/millennials-want-a-work-life-balance-their-bosses-just-dont-get-why/2015/05/05/1859369e-f376-11e4-84a6-6d7c67c50db0_story.html,  diakses tanggal 13 Agustus 2015
—, Characteristics of the Millennial Generation, https://students.rice.edu/images/students/AADV/Oweek2008AADVResources/Characteristics%20of%20the%20Millenial%20Generation.pdf,diakses tanggal 3 Agustus 2015

0 notices:

Post a Comment