Masalah Mangrove di Pulau Ngenang

| Kegiatan : Penelitian P3DI Kesejahteraan Sosial
| Topik: Pemberdayaan Masyarakat di Kota Batam
| Waktu : 11-17 November 2012

Sampai bulan lalu saya tidak tahu apa yang dimaksud hutan mangrove (bakau). Barulah ketika seorang tokoh masyarakat kota Batam mengajak saya dan teman-teman mengunjungi pulau Ngenang di Provinsi Kepulauan Riau, saya melihat sendiri pohon bakau yang dimaksud. Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Hutan bakau menyuplai oksigen dunia karena memiliki kemampuan menyerap karbon. Hutan bakau juga berfungsi sebagai habitat ikan yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat nelayan.

Indonesia-menurut wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Mangrove#Indonesia)- memiliki sekitar 9.36 juta hektar hutan mangrove. Sayangnya 48% dari jumlah tersebut dikategorikan “rusak sedang” dan 23%nya termasuk “sangat rusak”.

Disini, di Pulau Ngenang, yang kebanyakan penduduknya bergaul dengan laut, kehadiran hutan bakau merupakan idaman. Menipisnya hutan bakau disebabkan penebangan untuk kayu bakar, sehingga mengurangi jumlah ikan di perairan pulau. Semakin lama semakin sulit untuk menjaring ikan karena mereka tidak mempunyai tempat bernaung lagi seiring dengan menghilangnya hutan bakau. Oleh sebab itu, kegiatan melaut menjadi lebih panjang dan lebih mahal daripada sebelumnya. Nelayan harus berlayar lebih jauh ke tengah laut dan hal itu menghabiskan waktu.

Adalah Pak Hasan, seorang nelayan senior yang berinisiatif untuk menanami sekitar pulau Ngenang dengan pohon bakau. Penanaman dilakukan di saat air surut. Pohon bakau sendiri tidak memiliki nilai ekonomi langsung bagi sang nelayan.  Pertumbuhannya sangat lambat dan bergantung pada cuaca.

Memandang pentingnya penanaman pohon bakau, maka perlu perhatian khusus dari Pemerintah daerah untuk melaksanakan perbaikan kualitas lingkungan. Masih adanya tumpang tindih kewenangan antara Pemerintah Daerah dan Otorita Batam (sekarang Batam Investment Development Authority) dan kurangnya koordinasi antara pihak terkait menjadi kendala besar pemeliharaan lingkungan mangrove.

0 notices:

Post a Comment