Prasangka

Hari ini akhirnya tiba giliran kami untuk melakukan praktek di sebuah rumah sakit swasta. Direktur yayasan tempat rumah sakit tersebut bernaung telah meminta bantuan mahasiswa profesi psikologi untuk membantu proses pemetaan di organisasinya. Organisasi ini sudah tua dan posisi manajerial baru saja diserahkan pada para senior.

Selama proses transaksi kami mendapatkan kesan yang kurang baik terhadap pihak yayasan. Mulai dari direktur SDM yang menolak maksud kami dengan mengatakan bahwa mereka tidak membutuhkan evaluasi psikologis, hingga pelayanan kerjasama yang diabaikan oleh pihak yayasan. Namun, sebaliknya direktur yayasan sangat berambisi menyelesaikan masa kerjanya dengan draft pemetaan manajernya. Selain itu, proses pengukuran psikologis ini akan sangat membantu meningkatkan kemampuan kami sebagai calon psikolog.


Jadi, disinilah kami. Pukul 07.30 di lapangan parkir rumah sakit yang sudah dipenuhi calon pasien. Kami meregangkan otot sejenak dan menarik napas yang dalam. Bayangan para testee (peserta tes) yang keras dan menolak sudah memenuhi benak kami. Tidak urung keringat dingin ikut mengalir. Namun,kami tidak bisa menghentikan waktu. Sudah jam segini! Kami harus segera merapikan ruangan tes.

Para petugas terdiri atas tester dan observer, sedangkan sisanya bertugas sebagai skorer. Tester dan observer siap di ruang tes menunggu peserta tes memasuki ruangan. Satu demi satu mereka masuk dengan wajah malu. Jam dinding telah menunjukkan pukul 08.35. 5 menit telah berlalu dari waktu yang dijanjikan.

Setelah semua peserta lengkap, tester memulai tes. Pelaksanaan tes sebenarnya tidak bisa dibilang lancar. Setiap kali kami harus mengulang-ulang instruksi, mengarahkan pemikiran, dan bahkan membantu mereka yang tidak tahu harus menulis di kolom mana. Ternyata mereka tidak segarang yang kami pikirkan.

Setelah diperhatikan, semua manajer datang dengan pakaian seadanya. Tidak sementereng isu yang beredar. Secara umum mereka tidak menolak melaksanakan tes. Mereka cukup kooperatif. Tidak ada yang mencontek ataupun mengganggu testee lain. Semua mengerjakan tugasnya dengan serius.

Hasilnya, hari itu dapat kami lewati tanpa halangan. Kami semua bernafas lega. Lebih lega dari seharusnya.

PRASANGKA

Seringkali kita berprasangka kepada orang lain. Jika prasangka itu buruk, maka beban pemikiran pun akan semakin berat. Jika prasangka itu salah, maka kita akan merasa lebih baik. Sebaliknya orang yang kita sangka baik tapi ternyata jahat jauh meninggalkan luka lebih dalam.

Ini sama saja seperti cerita Nashruddin. Seorang teman datang mengeluh kepadanya mengenai rumah yang begitu sempit, sampai-sampai tidak bisa bernafas. Nashruddin mengangguk-angguk sebelum memberikan saran, "Nanti saat kamu pulang, singgahlah ke pasar. Kemudian beli lima ekor bebek dan peliharalah di dalam rumahmu," terang saja sang teman terbelalak," Rumahku sudah cukup sempit untuk keluargaku dan sekarang kau minta aku menambahkan lima ekor bebek?" Meskipun begitu, ia tetap melakukan nasihat tersebut.

Beberapa hari kemudian, Nasruddin bertemu lagi dengan si teman. Tampangnya kusut dan ia terlihat pusing. "Bagaimana kabarmu, wahai temanku?" sapa Nasruddin. " Rumahku terasa semakin sempit. Anak-anakku bermain di dalam rumah, ditambah lagi bebek yang kotorannya berceceran di lantai kami. Keadaan kami lebih buruk daripada sebelumnya." Nasruddin tersenyum, " Nah, sekarang pergilah ke pasar dan belilah seekor kambing. Lalu, peliharalah kambing itu di dalam rumahmu," si teman semakin bingung, tapi dia tetap melakukannya.

Setelah beberapa hari, mereka bertemu lagi. Kali ini, si teman langsung berkata, "Rumah kami seperti pasar. Suara bebek dan kambing riuh rendah bercampur dengan jeritan anak-anak." Nasruddin pun menepuk bahu temannya dan berkata, " Sekarang pergilah ke pasar dan belilah seekor sapi, kemudian peliharalah didalam rumahmu." Kiranya si teman sudah sangat pusing sehingga tidak mampu berkata apa-apa, ia terus berjalan menuju pasar.

Ketika Nasruddin bertemu kembali dengan temannya, ia hanya perlu menatap wajah si teman. " Sekarang rumah kami benar-benar seperti neraka. Nasihatmu tidak berhasil," katanya. Nasruddin pun menyuruh si teman pulang dan menjual sapinya ke pasar.

Beberapa hari kemudian, sang teman melaporkan, " Rumah kami terasa lebih nyaman setelah aku menjual sapi. Terima kasih, Nasruddin!" Kali ini Nasruddin berpesan agar si teman menjual kambingnya juga.

" Nasruddin! Rumah kami benar-benar terasa luas. Tidak ada lagi kotoran sapid an kambing. Suasananya juga menjadi lebih tenang! Kau memang hebat!" kata si teman dengan gembira saat mereka bertemu 2 hari kemudian.

Akhirnya Nasruddin menyuruhnya menjual kelima bebeknya.

Kali ini si teman mendatangi Nasruddin dengan wajah berseri-seri," Rumah kami serasa surga! Anak-anakku dapat bermain dengan bebas, lantai pun bersih dan tidak ada suara ternak yang mengganggu. Rumah kami terasa benar-benar lega!"

Apa yang berubah disini? Luas rumah? Bukan. Tapi, keluasan hati yang berganti.

Prasangka dapat mengubah cara seseorang bersikap. Jadi, berhati-hatilah terhadapnya.

0 notices:

Post a Comment